Jumat, 11 Agustus 2017

Klasifikasi Genre Fiksi Spekulatif dan Penjelasannya

Ketika buku selesai dibuat, penerbit hampir selalu akan mencantumkan genre untuk mengkategorikan buku tersebut ke suatu target pasar yang dituju. Apakah buku itu novel romansa, kumpulan puisi, atau lainnya, yang tentunya punya pembaca setia masing-masing. Genre awalnya dibuat pada masa kerajaan Yunani-Romawi ketika banyak penulisan berupa puisi, prosa, dan drama (untuk pentas panggung). Kemudian genre berkembang pada abad 19 ketika dunia tulis-menulis fiksi mulai merajalela. Sub-genre pun diperkenalkan agar bisa lebih mudah menggapai pembaca. Dalam perkembangan dunia fiksi, sub-genre terus berevolusi hingga beranak-pinak, karena dunia imajinasi sangatlah luas. Nah, kali ini Penfi ingin membantu kalian dalam hal per-genre-an ini. Mari kita mulai:



By Blue Whale (copied and edited from MHayenes)


Secara umum, Genre tulis-menulis terbagi dua yaitu Fiksi dan Non-fiksi. Buku tentang Biografi, Kisah Perjalanan, Motivasi, Spiritual, Kisah Inspiratif, Referensi, dan Akademik, masuk ke dalam kategori non-fiksi. Sementara Fiksi terbagi lagi menjadi beberapa genre yaitu Fiksi Literatur (puisi/prosa/sejarah), Kejahatan (crime/detektif/pengacara/mata-mata), Romance (teenlit/chicklit), Fiksi Kontemporer (realistis), dan Fiksi Spekulatif. Nah, untuk Fiksi Spekulatif sendiri terbagi-bagi lagi dengan banyak sub-genre. Bagan yang terlihat di atas adalah gambaran secara umum. Lebih detailnya:


By Jazlyn
  
Don't worry, Penfi akan jelaskan: 

Fiksi Spekulatif menjadi wadah bagi sub-genre Fantasi dan Fiksi-Ilmiah, yang melibatkan banyak elemen sihir, hantu/monster, atau istilah-istilah ilmiah yang belum tercipta/ditemukan pada zaman kita saat ini. Fiksi Spekulatif berpegangan pada konteks suatu cerita dengan imajinasi atau spekulasi atas kemungkinan-kemungkinan yang tidak bisa diterapkan pada dunia nyata, seperti sihir atau teknologi yang belum/tidak bisa dibuktikan kebenarannya.

Sebelum label Fiksi Spekulatif muncul, para cendekiawan berpegangan pada istilah Historical Fiction/Invention seperti yang dilakukan Shakespeare dengan drama A Midsummer Night's Dream yang mencampur-aduk tokoh-tokoh baik nyata maupun fiksi dalam berbagai zaman dan kisah menjadi satu cerita baru. Juga ada istilah Mythopoeia seperti yang dilakukan J.R.R. Tolkien yang mengambil salah satu kisah mitologi dunia (seperti Norse) dan dikemas menjadi kisah fiksi baru. Pada akhirnya kedua istilah ini digabungkan dalam satu payung besar bernama Speculative Fiction.   


Fantasi adalah sebuah genre yang memiliki elemen sihir dan makhluk-makhluk ajaib baik yang diambil dari mitologi dunia maupun yang berdasarkan rekaan. Seringkali pula dunia yang dibuat merupakan semesta alternatif dengan suku-suku, kota, negara, benua, budaya, dan ras manusia yang berbeda dari dunia nyata. Inilah yang disebut High Fantasy atau Fantasi Tinggi karena seluruh semesta dunianya adalah baru. Bahkan beberapa penulis juga menciptakan bahasa baru untuk dunia mereka, seperti yang dilakukan J.R.R. Tolkien dan Christopher Paolini. Genre High Fantasy bisa disebut juga sebagai Epic Fantasy atau Fantasi Epik yang berarti mengisahkan tokoh yang memiliki misi tertentu dan berpetualang untuk menyelesaikannya. Latar belakang kisah pun dibuat bervariasi misalnya pada abad pertengahan tanpa teknologi dengan senjata pedang dan sihir (Sword and Sorcery - tradisional, atau Senjata Api - non-tradisional), memiliki legenda dan mitos sendiri (Myth and Legend), dan makhluk-makhluk yang hanya ada dalam dongeng (Fairy Tales) atau mimpi buruk (Horror). Sementara itu ada Low Fantasy yang memiliki elemen-elemen sama namun dunianya berlatar belakang di dunia nyata (bukan rekaan). Sub-genre ini sering juga disebut Contemporer Fantasy dan memiliki sub-genre lain yang lebih terkenal seperti Urban Fantasy, di mana latar belakang kisahnya hanya terpusat pada satu kota/negara. Dalam Magical Realism, dunia sihir berkelindan dalam kehidupan sehari-hari namun dengan porsi yang sangat samar dan bukan menjadi fokus cerita.

Genre High Fantasy disebut juga dunia sekunder sedangkan Low Fantasy berada dalam dunia primer. Artinya, pada dunia primer, tidak ada perbedaan nama wilayah/kota/negara/budaya karena letaknya ada di 'dunia nyata'. Sedangkan pada dunia sekunder, dunianya sama sekali berbeda, diciptakan baru dengan nama wilayah/kota/negara/sistem pemerintahan/budaya yang benar-benar baru.  

Meski kisah horor dan supernatural masuk dalam genre Fantasi, tapi keduanya sangat mudah dikenali dari elemen-elemen yang dimunculkan dalam cerita. Horror menekankan suasana dan perasaan seram yang dialami para tokoh utama, umumnya disebabkan oleh hantu pendendam atau monster-monster yang memburu seperti vampire atau werewolf. Kisah-kisah seram semacam itu sering disebut Dark Fantasy. Lebih jauh lagi, ada istilah Hard Fantasy yang seringkali tidak memakai elemen-elemen sihir tapi latar belakang ceritanya berada di semesta lain dengan sistem sosial, politik, dan budayanya sendiri. Atau jika memiliki sihir, dapat dijelaskan secara konsisten dan amat mendetail seperti yang ada di buku Lord of The Ring, Mistborn Series, dan The Name of the Wind.

Jadi, tahu kan sekarang? Untuk menentukan sub-genre, kalian harus melihat elemen-elemen yang ditampilkannya. Ada Historical Fantasy yang berarti latar belakang dunianya berada di masa lalu dengan kisah sejarah sungguhan dicampur elemen sihir (contoh buku: Temeraire, Jonathan Strange & Mr. Norell). Ada juga Paranormal Romance yang merupakan sub-genre Urban Fantasy di mana para tokohnya memiliki porsi romance yang seimbang dengan elemen fantasi. Klasifikasi Paranormal menyangkut hal-hal yang bisa dilihat bentuk fisiknya seperti vampire, werewolf, atau kemampuan super manusia yang memiliki kemungkinan terjadi di dunia nyata seperti kekuatan super, telekinesis, terbang, dll. Sementara itu, klasifikasi Supernatural menjangkau hal-hal yang tidak terlihat seperti hantu, roh-roh, malaikat dan iblis, atau hal yang jauh dari istilah alami.


Genre Science Fiction memiliki sub-genre yang lebih bervariasi dengan elemen-elemen seperti teknologi maju, latar belakang di masa depan atau masa lalu dengan teknologi yang berbeda dari sejarah aslinya, lokasi di luar angkasa atau semesta paralel dengan robot, alien, perjalanan lintas waktu, pesawat luar angkasa, virtual game, bercampur dengan sistem politik distopia atau utopia, post-apocalyptic (paska kiamat/kehancuran dunia), atau post-scarcity (dunia di mana semua kebutuhan hidup dapat terpenuhi dengan mudah dan murah). Pada umumnya genre ini terbagi dua yaitu Hard Science Fiction dan Soft Science Fiction. Perbedaan keduanya hanya pada penjelasan hal-hal ilmiah (fisika, kimia, biologi) yang dijelaskan secara rinci dan detail pada Hard Science Fiction dan sebaliknya pada Soft Science Fiction hal-hal ilmiah tidak dijelaskan terlalu rinci dan lebih menjelaskan ilmu ilmiah lain seperti psikologi, sosiologi, antropologi, ekonomi, dan politik. Seringkali, penulis genre Hard Science Fiction adalah ilmuwan sungguhan yang betul-betul menguasai bidangnya sehingga dapat menjelaskan dengan lengkap istilah-istilah ilmiah yang menjadi tema utama dalam kisahnya. 

Sub-genrenya disesuaikan jika terdapat elemen-elemen lain seperti Steampunk yang berarti kisahnya berlatar belakang teknologi uap, Cyberpunk (teknologi komputer - AI, robot), Biopunk (teknologi biologi - mutasi genetik, kloning), time-travel (perjalanan lintas waktu), parallel universe (dunia lain yang mirip bumi tapi dengan berbagai perbedaan), alternative history (sejarah yang diceritakan ulang dengan versi yang sudah diubah dengan teknologi yang berbeda), military science (fokus cerita adalah prajurit dengan latar belakang dunia antar-planet), space opera (berada di planet lain yang jauh dan melibatkan tema peperangan antar planet dengan bumbu politik, ekonomi, roman, dan kepahlawanan), superhuman (manusia dengan kemampuan ekstra seperti ESP), science fantasy (elemen fantasi dan fiksi ilmiah digabung seperti dalam Star Wars dan game Final Fantasy).  

Sedangkan untuk Distopia, menuliskan latar belakang dunia penuh kekacauan, ketidak-seimbangan mencolok antara kaya dan miskin (yang kaya berkuasa dan yang miskin menjadi budak), dan pemerintahan tiran dan otoriter (kekuasaan absolut di pihak berkuasa). Utopia adalah kebalikannya, menampilkan dunia yang damai, tanpa kesusahan, tanpa kekacauan. Keduanya biasanya ditandai dengan peradaban yang hilang atau sisa-sisa peradaban dunia setelah perang besar yang menghancurkan hampir seluruh bumi dan isinya. Dalam dunia distopia-utopia, elemen-elemen fantasi dan fiksi ilmiah bisa ditambahkan sesuai imajinasi penulis dan kisah yang disampaikannya.


Oh, jangan sampai salah mengkategorikan Young Adult, Middle Grade, atau Adult sebagai genre. Ketiganya hanya merupakan klasifikasi usia dari target pembaca. Young Adult untuk pembaca remaja berusia antara 13-17 tahun, Middle Grade untuk pembaca berusia 7-12 tahun, dan Adult untuk pembaca dewasa. Konten pun disesuaikan berdasarkan kategori usia ini. Pada novel berkategori dewasa, konten yang disajikan bisa berupa kekerasan tingkat tinggi dan eksploitasi seksual. Pada novel berkategori remaja (YA), maka konten yang disajikan bertaraf cukup moderat. Pada novel berkategori Middle Grade (MG), maka kontennya bernuansa ringan dan aman dibaca anak-anak. 



Nah, begitu deh kira-kira. Apa ada pertanyaan? 


3 komentar:

  1. Terima kasih untuk informasinya.
    yess, penting banget!
    jd tahu genre buku fantasy yg ada dipojokkan wkwkwkwk

    BalasHapus
  2. Wah, makasih banget infonya, aku juga suka nulis tentang genre tapi belum sampai fantasy karena banyak banget sub-genrenya, hehehe

    BalasHapus