Rabu, 30 Juni 2021

[Bibliostation] Kejujuran Berlaku di Perpustakaan Ini!

Kalau Penefiers sudah baca Author of the Month dan Booklicious bulan ini, pasti sudah tahu kalau kita sedang menjelajahi Amerika Utara. Nah, Amerika Utara sendiri termasuk Kanada, Amerika Serikat, dan Meksiko. Pengaruh Amerika terhadap berbagai perkembangan tren memang besar. Bahkan di dunia perbukuan pun demikian. Salah satu hal yang menginspirasi adalah Little Free Library (LFB), sebuah perpustakaan mini yang dapat dinikmati siapa saja.



SEKILAS: 

LFB cukup populer di luar negeri. Saat ini, sudah ada lebih dari 100.000 LFB di lebih dari 100 negara. Indonesia termasuk salah satunya walau jumlahnya masih sedikit.


Perpustakaan ini benar-benar mini. Sama seperti perpustakaan umum lainnya, Penefiers dapat meminjam buku. Tapi di sana tidak ada pustakawan yang akan melayani kamu. Kamulah pustakawan bagi sendiri. Syarat meminjam cukup gampang, pilih saja buku yang kamu suka, kemudian gantikan dengan buku lain yang ingin kamu bagi kepada orang. Yup, perpustakaan mini ini konsepnya pinjam dan sumbang. Eits, walau tidak ada yang memantau aktivitas pinjam-meminjam ini, Penefiers jangan cari kesempatan, ya. Semua bergantung pada kejujuran kita. Malu dong, tahunya hanya mengambil, alangkah baiknya bila kita juga bisa memberi. Tapi buku yang diberi dalam kondisi bagus alias layak dibaca, ya! 

Walau tidak sanggup memberi, tidak apa-apa. Kamu tetap bisa baca bukunya di tempat, tanpa boleh bawa pulang karena ada orang lain yang juga butuh buku untuk dibaca. Bayangkan kalau semua orang pinjam buku, tapi tidak ada yang sumbang. Nanti perpustakaannya malah tak berisi. Sedih….

 

Di luar negeri, seperti Amerika Serikat, LFB sudah jadi pemandangan biasa. Hampir di setiap pemukiman akan dijumpai LFB. Nining Dwi Astuti asal Indonesia pun terinspirasi untuk membangun LFB di desa Jolontoro tempat tinggalnya di Wonosobo. Awalnya, beliau bingung apakah konsep seperti ini akan cocok diterapkan di Indonesia. Keinginannya ini terwujud pada September 2020 setelah mendapat sambutan baik pengurus desa dan tawaran salah seorang warga untuk menempatkan LFB di depan rumahnya. Orang-orang dapat meminjam buku kapan saja, dan anak-anak pun bisa belajar di sana saat malam.

 


Di tempat lain, Ari Hendra Permana juga membangun LFB di desa Rawajaya, Cilacap. Bahkan ini sudah didirikan pada tahun 2019. Anak-anak sering berkumpul di sana. Kesulitan yang didapat adalah buku yang cepat rusak karena sering dibaca anak-anak dan perputaran buku yang tidak berimbang. Kadang beliau akan merogoh kocek untuk menambah buku.



Baru-baru ini Tangerang juga memiliki LFB di Kampung Anggrek Pinang. Wakil Walikota, H. Sacharudin memberi sambutan peresmian pada Maret 2021 silam. Adanya LFB ini, diharapkan dapat meningkatkan semangat membaca anak-anak sejak dini yang kelak bermanfaat bagi mereka dan pembangunan generasi penerus.


Di Amerika Serikat, LFB adalah sebuah organisasi nirlaba yang berbasis di Wisconsin sejak tahun 2009. Tujuannya tentu saja meningkatkan kemampuan literasi dan membangun masyarakat. Nah, LFB di sana ternyata menarik banget bentuknya. Sebelum menutup Bibliostation kali ini, Penfi mau kasih lihat LFB di AS dulu.

 







 

Apakah Penefiers terinspirasi untuk membuat LFB di lingkungan kalian? Kabar-kabarin, ya, kalau ada LFB di tempat kalian, biar Penfi dan teman-teman perbukuan lain kunjungi juga. Sampai jumpa!


JAM OPERASIONAL: 

Senin - Minggu : Tanpa Batas


BIAYA:

            Biaya             : Gratis.

(Kamu dapat mengambil buku, tapi harus mengembalikan buku sesuai jumlah yang diambil.)


SUMBER DATA:

1.      https://bobo.grid.id/read/08677561/little-free-library-perpustakaan-kecil-tapi-besar

2.      https://www.voaindonesia.com/a/terinspirasi-as-dua-desa-indonesia-bangun-perpustakaan-mini-gratis/5754268.html

3.      https://idea.grid.id/read/091611932/little-free-library-gerakan-membuat-perpustakaan-unik-di-amerika-bentuknya-unik-unik?page=all

4.      https://regional.kompas.com/read/2021/02/06/08080011/-terinspirasi-little-free-library-di-amerika-desa-di-wonosobo-dan-cilacap?page=all

5.      https://banten.siberindo.co/31/03/2021/wakil-walikota-tangerang-resmikan-little-free-library-di-kampung-anggrek-pinang/

6.      https://littlefreelibrary.org/


[Booklicious] Mitologi dari Amerika Utara



Masih dalam rangkaian Jelajah Buku bersama PNFI. Selama ini kita sudah menjelajahi benua Eropa dan Afrika. Kali ini, kita mencapai Amerika bagian Utara. Ketika berbicara Amerika Utara, sebagian pasti bertanya-tanya lokasinya di mana. Nah, kalau begitu tolong buka peta Penefiers! Hehehe….

Amerika Utara juga tidak kalah seru dari benua lain. Bagi yang tahu, akan terlintas peradaban dan mitologi Mesoamerika, seperti Inca, Maya, dan lainnya. Kebetulan Penfi mau rekomendasikan buku yang berlatar mitologi di atas. Yuk, langsung cek saja!


THE STORM RUNNER TRILOGY

oleh J. C. Cervantes

Trilogi ini merupakan bagian dari Rick Riordan Presents yang diterbitkan pada 2018 silam. Kemudian diikuti oleh sekuel berjudul The Fire Keeper pada tahun 2019 dan The Shadow Crosser pada tahun 2020.




Zane Obispo selalu suka menjelajahi gunung yang sedang tidak aktif di dekat rumahnya di Nex Mexico. Walau mendaki gunung sangat sulit ditambah kondisinya yang pincang, dia justru lebih memilih tantangan ini dibandingkan ke sekolah dan mendapat ejekan dari teman-teman. Suatu hari, seorang gadis baru bernama Brooks memberitahukan bahwa dia ditakdirkan untuk melepaskan dewa jahat dari artefak Maya yang mengurungnya. Sejak saat itu, hidup Zane tidak lagi sama. Bersama Brooks dan Rosie, anjing kesayangannya, mereka akan mengejutkan kita dengan petualangan menyelamatkan dunianya.

Cerita berlatar mitologi Maya ini mendapat sambutan yang baik dari pembaca lho! Sebentar lagi Penefiers juga bica mencicipi versi Indonesia yang akan diterbitkan oleh Mizan Fantasi. Selain menulis cerita belatar mitologi Maya, J. C. Cervantes juga menulis buku lain yang tidak kalah seru, berjudul Throne of Sand, mengusung mitologi Aztec. Tokoh utamanya adalah Ren Santiago yang muncul di The Fire Keeper. Wah, menarik, nih!


RACE TO THE SUN

oleh Rebecca Roanhorse


Satu lagi dari Rick Riordan Presents, berjudul Race to the Sun. Ini nih yang Penfi suka dari Rick Riordan Presents. Kita akan diperkenalkan pada mitologi yang jarang kita tahu. Seperti Race of the Sun ini, kita akan mengenal mitologi. Navajo adalah kelompok suku asli Amerika yang ada di sebelah Barat Daya Amerika Serikat. Novel ini terbit pada Januari 2020 dan langsung tamat, tapi siapa tahu suatu saat akan muncul sekuel. Hehehe....

Nizhoni Begay menyebut dirinya mampu mendeteksi monster. Suatu hari, dia mencurigai atasan ayahnya adalah monster. Ketika ayahnya menghilang, dia semakin yakin sedang berhadapan dengan sosok yang mengerikan. Bersama adiknya, Mac, dan teman baiknya, Davery mereka akan memulai misi penyelamatan yang mendebarkan.

Kira-kira Penefiers mau buku ini diterjemahkan tak, ya?



MATTEO ALACRAN SERIES

oleh Nancy Farmer

Bagi yang sudah lama jadi bucin fantasi dan fiksi ilmiah, mungkin pernah tahu buku ini. Buku pertamanya adalah The House of the Scorpion yang terbit pada 2002 dan diikuti sekuel The Lord of Opium pada 2013. Wow jauh banget!


Seri ini mengambil latar Opium, sebuah tempat yang memisahkan Aztlán (sebelumnya Meksiko) dengan Amerika Serikat. Matteo Alacrán atau Matt muda adalah kloning raja narkoba yang punya nama sama, namun biasa dipanggil “El Patrón”. Novel distopia ini memang cocok untuk dibaca oleh remaja sampai dewasa muda karena mengusung tema pencarian jati diri. Novel ini pernah memenangkan National Book Award for Young People’s Literature pada 2002 dan penghargaan bergengsi lainnya.


Author of the Month bulan ini, Penfi juga mau kenalin kalian pada penulis Nancy Farmer dan buku-bukunya yang seru banget, jadi jangan lupa dicek, ya!


Sampai jumpa lagi!


[AotM] Nancy Farmer, Penulis Fiksi Ilmiah dari Amerika

 Tabik!

Bulan ini Penfi mau kenalkan kalian kepada penulis Amerika yang populer atas karya untuk remaja dan fiksi ilmiah. Bukan hanya pernah mendapat Newbery Honor Books dan National Book Award, tapi juga deretan penghargaan bergengsi lainnya. Nama Nancy Farmer mungkin sudah tidak asing bagi penggemar novel fantasi era 2000-an. Yuk, kita cari tahu lebih banyak tentang penulis ini!


                                            

TENTANG PENULIS:

Nancy Farmer lahir di Arizona pada 1941, yang berarti kini beliau sudah berusia 80 tahun. Tahun 1963, Farmer mendapat B.A di Reed College. Beliau pernah bergabung dengan Peace Corps dan dikirim ke India untuk bertugas selama 1963 sampai 1965. Peace Corps adalah lembaga independen Amerika Serikat untuk negara-negara dunia ketiga dalam urusan pengembangan masyarakat. Hingga tahun Maret 2020, ada hampir 7.000 sukarelawan aktif bertugas di berbagai negara sebelum ditarik semua pada Maret 2021 karena pandemi Covid-19. Sekembali dari India, Farmer pergi ke Berkeley. Di situ beliau bekerja di UC Berkeley departemen entomologi dan mempelajari kimia. Tak berapa lama kemudian, dia pergi ke Afrika. Pada 1975 sampai 1978 beliau mempelajari biologi untuk pengontrolan lalat tsetse di Mozambique dan Rhodesia (yang saat ini termasuk teritori Zimbabwe).



Wah, Nancy Farmer ternyata penulis yang gemar belajar dan melancong! Beliau juga sempat menulis tentang masa kecil dan saudaranya di situs pribadi. Kalau Penfi ceritakan semua di sini bakal banyak banget. Jadi, bila penasaran Penefiers boleh berkunjung ke situs yang Penfi lampirkan di bawah ini, ya.


Karir penulisnya dimulai saat berusia 40 tahun. Ketika bekerja di Zimbabwe, Farmer sudah mengandung delapan bulan. Beliau berencana tetap bekerja sebagai saintis sambil menggendong anak di punggungnya walau dikelilingin teroris. Namun, semua tidak berjalan sesuai dugaannya. Akhirnya, beliau menjadi fokus menjaga dan mendidik anaknya, Daniel. Ketika Daniel berusia 4 tahun, Farmer membacakan buku karya Marjorie Forster. Saat itulah beliau merasa dirinya juga mampu menulis sebuah cerita ketimbang hanya duduk berpangku tangan di rumah. Maka, Farmer mulai menulis cerita pendek. 


 

Hingga saat ini, Nancy Farmer telah menulis banyak novel, buku bergambar, dan cerita-cerita pendek lainnya. Salah satu buku suksesnya adalah The House of the Scorpion yang mengambil latar tempat fiksi bernama Opium. Buku ini memenangkan beberapa penghargaan seperti National Book Award. Untuk Indonesia sendiri, Penerbit Matahati pernah menerbitkan buku ini pada tahun 2005. Penfi juga merekomendasikan buku ini di Booklicious kali ini, lho!




Penerbit Matahati pernah menerbitkan buku lain Nancy Farmer yang berjudul The Sea of Trolls pada tahun 2007. Sayangnya hanya buku pertama yang sempat diterbitkan. Pokoknya buku-buku Nancy Farmer direkomendasikan, deh.

Bulan depan pun Penfi akan rekomendasikan buku lain yang tidak kalah seru dan penulis hebat lainnya. Sekian Author of the Month bulan ini. Jangan lupa kunjungi dan Bibliostation dan Booklicious juga, ya! Sampai jumpa!



BUAH PENA:

 

Novel:

·        Lorelei: The Story of a Bad Cat (1987)

·        The Eye, the Ear, and the Arm (1989)

·        Tapiwa’s Uncle (1993)

·        Do You Know Me? — ilustrasi oleh Shelly Jackson (1993)

·        The Ear, the Eye, and the Arm (1994)

·        The Warm Place (1995)

·        A Girl Named Disaster (1996)

·        The House of the Scorpion (2002)

Diterbitkan di Indonesia oleh Matahati (2005)

·        The Sea of Trolls (2004)

Diterbitkan di Indonesia oleh Matahati (2007)

·        The Land of the Silver Apples (2007)

·        The Islands of the Blessed (2009)

·        A New Year’s Tale (2013)

·        The Lord of Opium (2013)

 

Buku Bergambar:

·        Runnery Granary — ilustrasi oleh Jos. A. Smith (1996)

·        Casey Jones’s Fireman: The Story of Sim Webb — ilustrasi oleh James Bernardin (1999)

·        Clever Ali — ilustrasi oleh Gail De Marcken (2006)


*untuk cerita-cerita pendek tidak tercantum di sini



PENGHARGAAN:

 

·        Writers of the Future Grand Prize (1987) – The Mirror

·        Newbery Honor Book (1995) – The Ear, the Eye, and the Arm

·        Golden Duck Award (1995) – The Ear, the Eye, and the Arm

·        National Book Award (1996) – A Girl Named Disaster

·        Newbery Honor Book (1997) – A Girl Named Disaster

·        National Book Award (2002) – The House of the Scorpion

·        Newbery Honor Book (2003) – The House of the Scorpion

·        Buxtehuder Bulle (2003) – The House of the Scorpion

·        Printz Honor (2003) – The House of the Scorpion

·        Emperor Norton Award (2007) – The Land of the Silver Apples

 

DAPAT DITEMUI DI:

Website         : www.nancyfarmerwebsite.com


SUMBER DATA:

1.      https://www.nancyfarmerwebsite.com/bio.html

2.      https://en.wikipedia.org/wiki/Nancy_Farmer

3.      https://www.cehd.umn.edu/book-week/previous-authors/farmer/

4.      https://www.nationalbook.org/people/nancy-farmer/



Selasa, 01 Juni 2021

[Bibliostation] Museum Memorabilia, Museum Konferensi Asia-Afrika

Halo, Penefiers! Bibliostation kali ini, kita akan berkunjung ke Museum Konferensi Asia-Afrika. Wah, museum seperti apa itu?


SEKILAS:

 

Sesuai namanya, Museum Konferensi Asia-Afrika adalah sebuah museum memorabilia atas peristiwa bersejarah antara Asia dan Afrika. 

Museum ini dibangun oleh Pemerintah Republik Indonesia dan berada di bawah wewenang Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. sementara pengelolaannya di bawah koordinasi Departemen Luar Negeri dan Pemerintah Daerah Tingkat I Provinsi Jawa Barat.

Pada 18 Juni 1986, kedudukan Museum Konperensi Asia Afrika dialihkan dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan ke Departemen Luar Negeri di bawah pengawasan Badan Penelitian dan Pengembangan Masalah Luar Negeri. Pada tahun 2003 dilakukan restrukturisasi di tubuh Departemen Luar Negeri dan Museum Konferensi asia Afrika dialihkan ke Ditjen Informasi, Diplomasi Publik, dan Perjanjian Internasional (sekarang Ditjen Informasi dan Diplomasi Publik). Saat ini, UPT Museum Konferensi Asia Afrika berada dalam koordinasi Direktorat Diplomasi Publik. Museum ini menjadi museum sejarah bagi politik luar negeri Indonesia.

Untuk mengetahui lebih rinci tentang museum ini, kita perlu tahu dulu mengenai Konferensi Asia Afrika itu sendiri.

Pada awal tahun 1954, Perdana Menteri Ceylon, Sir John Kotelawala, mengundang para perdana menteri dari Birma (U Nu), India (Jawaharlal Nehru), Indonesia (Ali Sastroamidjojo), dan Pakistan (Mohammed Ali) dengan maksud mengadakan suatu pertemuan informal di negaranya. Undangan tersebut diterima baik oleh semua pimpinan pemerintah negara tersebut. Pada kesempatan itu, Presiden Indonesia, Soekarno, menekankan kepada Perdana Menteri Indonesia, Ali Sastroamidjojo, untuk menyampaikan ide diadakannya Konferensi Asia Afrika pada pertemuan Konferensi Kolombo tersebut. Beliau menyatakan bahwa hal ini merupakan cita-cita bersama selama hampir 30 tahun telah didengungkan untuk membangun solidaritas Asia Afrika dan telah dilakukan melalui pergerakan nasional melawan penjajahan.

Pada 28 April – 2 Mei 1954, Konferensi Kolombo berlangsung untuk membicarakan masalah-masalah yang menjadi kepentingan bersama. Dalam konferensi tersebut, Perdana Menteri Indonesia, Ali Sastroamidjojo, mengusulkan perlunya diadakan pertemuan lain yang lebih luas antara Negara-negara Afrika dan Asia karena masalah-masalah krusial yang dibicarakan itu tidak hanya terjadi di Negara-negara Asia yang terwakili dalam konferensi tersebut tetapi juga dialami oleh negara-negara di Afrika dan Asia lainnya. Inilah yang kemudian menjadi dasar terbentuknya Konferensi Asia Afrika. 

Konferensi Asia Afrika yang diselenggarakan di Bandung pada tanggal 18 – 24 April 1955 merupakan peristiwa sangat bersejarah dalam politik luar negeri Indonesia dan peristiwa besar bagi bangsa Indonesia. Peristiwa tersebut terjadi hanya 10 tahun setelah bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya. Dalam waktu yang singkat, bangsa Indonesia telah berani mengusulkan dan bersedia menjadi tuan rumah bagi konferensi bertaraf internasional. Yang paling penting ialah bahwa konferensi itu berakhir dengan sukses besar, baik dalam mempersatukan sikap dan menyusun pedoman kerja sama di antara bangsa-bangsa Asia Afrika maupun dalam ikut serta membantu terciptanya ketertiban dan perdamaian dunia.

Terilhami oleh kehendak untuk mengabadikan Konferensi Asia Afrika 1955 yang merupakan tonggak terbesar keberhasilan politik luar negeri Indonesia, maka lahirlah gagasan Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja, S.H., LL.M. untuk mendirikan Museum Konferensi Asia Afrika di Gedung Merdeka, Bandung. Gagasan tersebut dilontarkan dalam forum rapat Panitia Peringatan 25 Tahun Konferensi Asia Afrika tahun 1980 yang dihadiri antara lain oleh Direktur Jenderal Kebudayaan Prof. Dr. Haryati Soebadio sebagai wakil dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Gagasan tersebut mendapat sambutan baik terutama dari Presiden Republik Indonesia Soeharto. Sejak itu, salah satu aktivitas Panitia Peringatan 25 Tahun Konferensi Asia Afrika adalah mewujudkan gagasan tersebut.

Gagasan pendirian Museum Konperensi Asia Afrika diwujudkan oleh Joop Ave, sebagai Ketua Harian Panitia Peringatan 25 Tahun Konferensi Asia Afrika dan Direktur Jenderal Protokol dan Konsuler Departemen Luar Negeri, bekerjasama dengan Departemen Penerangan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Pemerintah Daerah Tingkat I Provinsi Jawa Barat, dan Universitas Padjadjaran. Perencanaan dan pelaksanaan teknisnya dikerjakan oleh PT Decenta, Bandung.

Museum Konperensi Asia Afrika diresmikan berdirinya oleh Presiden Soeharto pada 24 April 1980, sebagai puncak Peringatan 25 Tahun Konferensi Asia Afrika.

Bagaimana? Apakah tertarik mengunjungi museum penuh sejarah ini? Untuk masuk ke sini tidak dikenai biaya, lho! Tapi informasi terakhir yang Penfi tahu, museum ini sedang tutup karena pandemi Covid-19 yang sedang meluas. Mungkin kebetulan ada Penefiers yang di Bandung, boleh dong berbagi info terkini mengenai jadwal buka museum.


Sekian Bibliostation kali ini! Penefiers jangan lupa ada Author of the Month dan Booklicious yang juga membahas penulis dan buku berlatar Afrika, lho! Sampai jumpa!

 

 

KONTAK:

Alamat           : Jl. Asia Afrika No. 65, Braga

  Sumur Bandung, Bandung, Jawa Barat 40111

Telp./Fax.      : +62 22 42690705 / +62 22 4238031

Instagram      : @asiaafricamuseum

Situs             : asianafricanmuseum.org

 

JAM OPERASIONAL: 

Senin-Kamis   : 08.00 – 16.00 WIB

Jumat           : 14.00 – 16.00 WIB

Sabtu-Minggu : 09.00 – 16.00 WIB

Libur Nasional : Tutup

*jadwal berlaku bila tidak ada penutupan akibat pandemi

 

BIAYA:

Biaya Masuk  : Gratis

 


SUMBER DATA:

1.    http://asianafricanmuseum.org

2.    https://kemlu.go.id/portal/id/read/48/tentang_kami/museum-konferensi-asia-afrika

3.    https://indonesiakaya.com/pustaka-indonesia/museum-konferensi-asia-afrika-saksi-bisu-kesatuan-tekad-bangsa-bangsa-asia-afrika/

4.    https://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Konferensi_Asia_Afrika

5.    https://nasional.kompas.com/read/2019/04/24/14513541/konferensi-asia-afrika-saat-bandung-membuat-takjub-dunia?page=all


[Booklicious] Buku Berlatar Afrika Rekomendasi PNFI

 

Bulan-bulan sebelumnya PNFI sudah merekomendasikan buku-buku berkaitan dengan Asia, dan Eropa. Kali ini Penfi akan merekomendasikan buku dengan latar Afrika. Buku-buku dengan latar Afrika mungkin tergolong sedikit di Indonesia, yang paling dan dikenal saat ini adalah seri Orisha karya Tomi Adeyemi. Seri ini sudah PNFI bahas di Booklicious tahun lalu, lho! Selain itu masih ada kok buku lain yang akan menambah wawasan kita tentang Afrika. Apa saja itu?


THE KANE CHRONICLES

oleh Rick Riordan

Tidak bosan-bosannya Penfi rekomendasikan seri ini. Walau bukan karya oleh penulis Afrika, tapi percaya deh Rick Riordan punya bekal yang cukup untuk menghidupkan mitologi Mesir dalam seri ini.




Seri ini diceritakan dari sudut pandang dua bersaudara, Carter dan Sadie Kane. Suatu malam, ayah mereka pergi museum tentang Mesir Kuno. Karena penasaran, mereka pun mengikuti sang ayah. Ternyata, ayah mereka sedang melakukan sebuah ritual. Ritual tersebut telah membangkitkan llima dewa. Ayah mereka ditangkap dan dikurung oleh salah satu dewa yang bangkit kembali. Carter dan Sadie harus menyelamatkan ayah mereka dan berurusan dengan para dewa.

Buku ini sudah diterbitkan oleh penerbit Mizan pada 2011. Pada tahun 2020 lalu, Kane Chronicles terbit ulang dengan kover baru yang lebih menggoda, lho!


DEATHLESS TRILOGY

oleh Namina Forna

Apakah Penefiers sudah membaca seri ini? Buku pertamanya, The Gilded Ones baru diterbitkan pada awal tahun 2021 dan belum ada penerbit Indonesia yang menerbitkannya nih!

Buku ini bercerita tentang Deka yang harus mengikuti sebuah ritual ketika menginjak usia enam belas tahun. Ritual darah ini akan menentukan apakah dia layak menjadi bagian dari desanya. Deka hanya berdoa darahnya akan merah ketika ritual. Namun, ternyata doanya tidak terkabulkan. Darahnya berwarna emas dan dia harus takdir yang lebih mengerikan daripada kematian. Wah, bagaimana nasib Deka?

Buku ini mengeksplorasi Afrika Barat yang tentunya akan menambah wawasan pembaca terkait budaya dan alam di sana. Buku ini cukup populer walau baru diterbitkan. Sampai-sampai hak adaptasi filmnya sudah dibeli. Mari kita tunggu saja kehadiran filmnya dan semoga sekuelnya bisa segera terbit juga.


THE FAMISHED ROAD TRILOGY

oleh Ben Okri

Pecinta sastra mungkin tahu siapa Ben Okri. Dia adalah penulis asal Nigeria yang memenangkan Booker Prize for Fiction pada tahun 1991 melalui novelnya yang berjudul The Famished Road. The Famished Road memiliki sekuel yang berjudul Songs of Enchantment yang terbit pada 1993 dan Infinite Riches yang terbit pada 1998.



 


The Famished Road mengeksplorasi dunia nyata dengan dunia roh, memunculkan sebuah cerita yang membuat kita terperangkap antara kenyataan dan fantasi. Tidak heran, kritikus sastra menyebutnya termasuk genre magical realism. Buku ini diceritakan dari sudut pandang Azaro, seorang abiku atau anak roh. Dalam novel ini juga sempat muncul Tokoloshe, sesosok makhluk mengerikan dalam mitos Afrika.

Pada tahun 2007, buku pertama telah diterjemahkan oleh penerbit Serambi. Namun sayangnya, kedua sekuel tidak pernah diterbitkan lagi di sini.


Oh, ya, Penfi akan membahas lebih jauh tentang penulisnya, Ben Okri di Author of the Month bulan ini. Jangan ketinggalan, ya! 


Apakah Penefiers ada rekomendasi buku berlatar Afrika atau bahkan dari penulis Afrika? Jangan sungkan untuk berbagi di komentar ya! Kita akan jumpa lagi bulan depan.