Halo, Penefiers! Bibliostation kali ini, kita akan berkunjung ke Museum Konferensi Asia-Afrika. Wah, museum seperti apa itu?
SEKILAS:
Sesuai namanya, Museum Konferensi Asia-Afrika adalah sebuah museum memorabilia atas peristiwa bersejarah antara Asia dan Afrika.
Museum ini dibangun oleh Pemerintah Republik Indonesia dan berada di bawah wewenang Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. sementara pengelolaannya di bawah koordinasi Departemen Luar Negeri dan Pemerintah Daerah Tingkat I Provinsi Jawa Barat.
Pada 18 Juni 1986, kedudukan Museum Konperensi Asia Afrika dialihkan dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan ke Departemen Luar Negeri di bawah pengawasan Badan Penelitian dan Pengembangan Masalah Luar Negeri. Pada tahun 2003 dilakukan restrukturisasi di tubuh Departemen Luar Negeri dan Museum Konferensi asia Afrika dialihkan ke Ditjen Informasi, Diplomasi Publik, dan Perjanjian Internasional (sekarang Ditjen Informasi dan Diplomasi Publik). Saat ini, UPT Museum Konferensi Asia Afrika berada dalam koordinasi Direktorat Diplomasi Publik. Museum ini menjadi museum sejarah bagi politik luar negeri Indonesia.
Untuk mengetahui lebih rinci tentang museum ini, kita perlu tahu dulu mengenai Konferensi Asia Afrika itu sendiri.
Pada awal tahun 1954, Perdana Menteri Ceylon, Sir John Kotelawala, mengundang para perdana menteri dari Birma (U Nu), India (Jawaharlal Nehru), Indonesia (Ali Sastroamidjojo), dan Pakistan (Mohammed Ali) dengan maksud mengadakan suatu pertemuan informal di negaranya. Undangan tersebut diterima baik oleh semua pimpinan pemerintah negara tersebut. Pada kesempatan itu, Presiden Indonesia, Soekarno, menekankan kepada Perdana Menteri Indonesia, Ali Sastroamidjojo, untuk menyampaikan ide diadakannya Konferensi Asia Afrika pada pertemuan Konferensi Kolombo tersebut. Beliau menyatakan bahwa hal ini merupakan cita-cita bersama selama hampir 30 tahun telah didengungkan untuk membangun solidaritas Asia Afrika dan telah dilakukan melalui pergerakan nasional melawan penjajahan.
Pada 28 April – 2 Mei 1954, Konferensi Kolombo berlangsung untuk membicarakan masalah-masalah yang menjadi kepentingan bersama. Dalam konferensi tersebut, Perdana Menteri Indonesia, Ali Sastroamidjojo, mengusulkan perlunya diadakan pertemuan lain yang lebih luas antara Negara-negara Afrika dan Asia karena masalah-masalah krusial yang dibicarakan itu tidak hanya terjadi di Negara-negara Asia yang terwakili dalam konferensi tersebut tetapi juga dialami oleh negara-negara di Afrika dan Asia lainnya. Inilah yang kemudian menjadi dasar terbentuknya Konferensi Asia Afrika.
Konferensi Asia Afrika yang diselenggarakan di Bandung pada tanggal 18 –
24 April 1955 merupakan peristiwa sangat bersejarah dalam politik luar negeri
Indonesia dan peristiwa besar bagi bangsa Indonesia. Peristiwa tersebut terjadi
hanya 10 tahun setelah bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya. Dalam
waktu yang singkat, bangsa Indonesia telah berani mengusulkan dan bersedia
menjadi tuan rumah bagi konferensi bertaraf internasional. Yang paling penting
ialah bahwa konferensi itu berakhir dengan sukses besar, baik dalam
mempersatukan sikap dan menyusun pedoman kerja sama di antara bangsa-bangsa
Asia Afrika maupun dalam ikut serta membantu terciptanya ketertiban dan
perdamaian dunia.
Terilhami oleh kehendak untuk mengabadikan Konferensi Asia Afrika 1955 yang merupakan tonggak terbesar keberhasilan politik luar negeri Indonesia, maka lahirlah gagasan Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja, S.H., LL.M. untuk mendirikan Museum Konferensi Asia Afrika di Gedung Merdeka, Bandung. Gagasan tersebut dilontarkan dalam forum rapat Panitia Peringatan 25 Tahun Konferensi Asia Afrika tahun 1980 yang dihadiri antara lain oleh Direktur Jenderal Kebudayaan Prof. Dr. Haryati Soebadio sebagai wakil dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Gagasan tersebut mendapat sambutan baik terutama dari Presiden Republik Indonesia Soeharto. Sejak itu, salah satu aktivitas Panitia Peringatan 25 Tahun Konferensi Asia Afrika adalah mewujudkan gagasan tersebut.
Gagasan pendirian Museum Konperensi Asia Afrika diwujudkan oleh Joop Ave, sebagai Ketua Harian Panitia Peringatan 25 Tahun Konferensi Asia Afrika dan Direktur Jenderal Protokol dan Konsuler Departemen Luar Negeri, bekerjasama dengan Departemen Penerangan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Pemerintah Daerah Tingkat I Provinsi Jawa Barat, dan Universitas Padjadjaran. Perencanaan dan pelaksanaan teknisnya dikerjakan oleh PT Decenta, Bandung.
Museum Konperensi
Asia Afrika diresmikan berdirinya oleh Presiden Soeharto pada 24 April 1980,
sebagai puncak Peringatan 25 Tahun Konferensi Asia Afrika.
Bagaimana?
Apakah tertarik mengunjungi museum penuh sejarah ini? Untuk masuk ke sini tidak
dikenai biaya, lho! Tapi informasi terakhir yang Penfi tahu, museum ini sedang
tutup karena pandemi Covid-19 yang sedang meluas. Mungkin kebetulan ada
Penefiers yang di Bandung, boleh dong berbagi info terkini mengenai jadwal buka
museum.
Sekian
Bibliostation kali ini! Penefiers jangan lupa ada Author of the Month dan Booklicious
yang juga membahas penulis dan buku berlatar Afrika, lho! Sampai jumpa!
KONTAK:
Alamat :
Jl. Asia Afrika No. 65, Braga
Sumur Bandung, Bandung, Jawa Barat 40111
Telp./Fax. : +62 22 42690705 / +62 22 4238031
Instagram
: @asiaafricamuseum
Situs : asianafricanmuseum.org
JAM OPERASIONAL:
Senin-Kamis : 08.00 – 16.00 WIB
Jumat : 14.00 – 16.00 WIB
Sabtu-Minggu : 09.00 – 16.00 WIB
Libur
Nasional : Tutup
*jadwal
berlaku bila tidak ada penutupan akibat pandemi
BIAYA:
Biaya
Masuk : Gratis
SUMBER DATA:
1. http://asianafricanmuseum.org
2. https://kemlu.go.id/portal/id/read/48/tentang_kami/museum-konferensi-asia-afrika
4. https://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Konferensi_Asia_Afrika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar