Minggu, 18 Oktober 2020

[Bibliostation] Kehangatan dari Taman Bacaan Pelangi

 

Halo, Penefiers!

Bagaimana kondisi daerah kalian semasa pandemi? Semoga semua baik-baik saja dan keadaan cepat pulih. Pasti banyak di antara Penefiers yang kangen jalan-jalan. Kira-kira ada tak yang masukin rekomendasi Bibliostation ke dalam tujuan? Hehehe…

Biasanya pada Bibliostation hanya ada satu tempat yang menjadi rekomendasi. Kali ini sedikit spesial. Tempatnya memang satu—nama—saja, tapi berlokasi hampir di seantero Indonesia. Inilah tujuan kita berikutnya, Taman Bacaan Pelangi!


SEKILAS:

 

Taman Bacaan Pelangi (TBP) pertama kali didirikan tahun 2009 di Flores. Pendirinya, Ibu Nila Tanzil, bekerja sama dengan tokoh masyarakat setempat mendirikan perpustakaan di Roe, sebuah kampung kecil di kaki gunung. Saat itu ada 200 buku yang tersedia.

Apa landasan didirikan TBP? Ibu Nila Tanzil, melalui situsnya menjelaskan bahwa ia percaya, edukasi adalah kunci bagi bangsa ini untuk berkembang dan setiap anak punya hak yang sama dalam mengakses buku sebagai sarana edukasi. Namun, akses terhadap buku sangat susah bagi anak-anak di Indonesia Timur. Melihat anak-anak tumbuh tanpa didampingi buku cerita penuh warna, hal ini terasa perih bagi beliau. Tekadnya bulat, beliau ingin setiap anak di sana dapat menikmati dan membangun kebiasaan membaca buku. Buku dapat menginspirasi mereka untuk impian yang lebih besar.


Tahu tentang TBP saja sudah menghangatkan hati Penfi. Setelah tau lebih dalam, Penfi semakin mengagumi kehadiran TBP dan semakin bersyukur Penfi masih beruntung, dapat dengan mudah mengakses hal mewah bernama buku. Aduh, kok ada yang mengiris bawang, ya!



Pada 2013, TBP resmi terdaftar sebagai Yayasan Pelangi Impian Bangsa. Impian membuka akses bacaan kepada anak-anak di Indonesia Timur pun lebih serius untuk direalisasikan. Perlahan-lahan, dengan bantuan berbagai donator dan relawan, cakupan TBP semakin luas dan manfaatnya semakin tersebar kepada anak-anak di wilayah lain. Atas sumbangsih TBP dalam meningkatkan budaya baca dan akses buku bagi anak-anak daerah terpencil, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia memberikan penghargaan Anugerah Nugra Jasadarma Pustaloka pada tahun 2013.


Kegiatan TBP tidak hanya membuka perpustakaan, tapi juga mengadakan pelatihan untuk meningkatkan kapasitas guru di sana, lho! Mereka juga ada program kerja sama dengan sekolah di sana untuk menghadirkan Pojok Baca di ruang kelas. Ada juga program Parents Engagement yang melibatkan peran orang tua dalam membangun kebiasaan membaca di rumah. Selain itu masih banyak program lain yang bisa Penefiers baca di situs TBP yang tercantum di akhir artikel.



Saat ini, TBP sudah ada 133 perpustakaan yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia, terutama wilayah Timur, seperti Flores, Alor, Lombok, Sumbawa, Banda Neira, Bacan, hingga Papua. Sudah lebih dari 227.100 buku cerita yang dapat dinikmati oleh lebih dari 32.800 anak. Guru atau relawan yang bergabung pun hampir mencapai 2.000 orang.



Bagi yang ingin bergabung menjadi relawan, bisa lho daftar di situs TBP yang Penfi cantumkan di akhir artikel. Penefiers yang mau donasi dalam bentuk uang atau buku juga bisa kontak ke TBP, ya! Tinggal kunjungi situs TBP, maka nanti akan dipandu untuk rekening transfer, alamat pengiriman, atau lokasi drop box.

Oh ya, khusus warga Jakarta, ada lho kampanye “Drive Books, Not Cars” atau DBNC. Ini adalah kampanye yang telah mengumpulkan lebih dari 24.000 buku untuk mendukung TBP dan Sahabat Anak. Biasanya, ada drop box yang tersebar di berbagai tempat di Jakarta. Buku berbahasa Indonesia akan dibawa kepada anak-anak di Indonesia Timur, sedangkan yang berbahasa Inggris akan dijual, dan setiap Rupiah akan didonasikan ke TBP atau Sahabat Anak. Informasi lebih lanjut tentang program ini bisa kunjungi situs TBP atau Twitter @drivebooksjkt.


Kalau Penefiers punya kesempatan, coba deh kunjungi Indonesia Timur, seperti Flores. Selain pemandangan yang menakjubkan, Penefiers bisa mempelajari budaya lokal sana. Selain berwisata di sana, Penefiers juga bisa mengunjungi TBP di Flores. Bingung jalan ke sana? Tenang, Travel Sparks siap membantu. Mereka menyediakan tur, khusus untuk kamu yang berlibur ke Flores dan juga membawa kalian mengunjungi bahkan menjadi sukarelawan di TBP sana. Hal ini memang sesuai prinsip mereka, yaitu “Travel with a Cause”. Intinya, liburan Penefiers juga akan terasa lebih bermanfaat daripada sekadar jalan-jalan. Pengalaman jalan yang mengesankan, bukan?

Sekian Bibliostation kali ini. Penfi jadi kepikiran Book Auction for Charity 2020 yang batal karena kondisi pandemi. Huhuhu… Semoga tahun depan PNFI bisa menyelenggarakan kegiatan ini lagi, ya. Sampai jumpa!

KONTAK:

          Alamat           : Jl. Prof. Herman Yohanes No. 28, Terban, Gondokusuman,

  D. I. Yogyakarta 55223

          Twitter          : @pelangibook

Instagram      : @pelangibook

Facebook      : Taman Bacaan Pelangi

Youtube        : Taman Bacaan Pelangi

E-mail            : info@tamanbacaaanpelangi.com

          Website        : www.tamanbacaanpelangi.com

 

JAM OPERASIONAL: 

Senin-Minggu  : 08.00 – 20.00 WIB

           

 

SUMBER DATA:


[Booklicious] Ragam Kisah dari Author of Color

 

Halo, Penefiers!

 


Kali ini Penfi mau rekomendasikan buku dari author of color (people of color/POC). Apa itu POC? Umumnya sebutan ini dipakai oleh orang di Amerika Serikat untuk menunjuk orang-orang yang bukan berkulit putih. Banyak penulis non kulit putih yang eksis di dunia perbukuan, lho! Karya-karya mereka bahkan laris manis dan melejitkan nama mereka. Mereka menawarkan sesuatu yang baru dalam cerita, seperti memadukan unsur fantasi dengan budaya yang mereka waris dalam darah. Yuk, langsung cek saja buku-buku apa saja yang Penfi rekomendasikan kali ini!


PANDAVA SERIES

oleh Roshani Chokshi

Buku ini pertama kali terbit pada 2018 dan ditulis oleh Roshani Chokshi. Bagi penggemar Rick Riordan, pasti tidak boleh ketinggalan dengan seri yang satu ini. Berada di bawah label Rick Riordan Presents, seri Pandava membawa kita menyelami mitologi Hindu. Jarang-jarang, lho, ada seri fantasi yang mengangkat mitologi ini. 

Aru Shah, dikenal sebagai pembohong dan pembuat onar. Dia tinggal di Museum Seni dan Kebudayaan India Kuno. Suatu hari, Aru Shah mendapat tantangan dari temannya untuk membuktikan kutukan di tempat tinggalnya. Aru Shah yang nakal terpancing dan menyalakan llilin terlarang. Ketika lilin menyala, dunia membeku. Celaka, Aru Shah telah membebaskan Sang Penidur yang bertugas membangunkan Dewa Kehancuran. Sekarang Aru Shah tahu, dewa-dewi dalam mitologi ini nyata dan dia bahkan adalah anak dari salah satu dewa terkuat. Satu hal yang pasti, Aru Shah harus membereskan masalah yang dia buat. Bersama demigod lain, dia harus mencegah Akhir Masa.




Sampai saat ini, sudah tiga buku yang terbit di Amerika Serikat. Buku pertama, Aru Shah and the End of Time terbit pada 2018. Buku kedua, Aru Shah and the Song of Death terbit pada 2019. Buku ketiga, Aru Shah and the Tree of Wishes terbit pada 2020. Buku keempat yang berjudul Aru Shah and the City of Gold akan terbit di Amerika Serikat pada 2021.

Di Indonesia, buku pertama sudah diterbitkan oleh Noura Books. Semoga buku-buku lainnya segera menyusul ya!


THE POPPY WAR TRILOGY

oleh R. F. Kuang




Siapa yang belum tahu tentang buku populer ini? Sejak pertama kali terbit pada tahun 2018, buku telah mencuri perhatian banyak pembaca. Rebecca F. Kuang mulai menulis The Poppy War sejak umur 19 tahun sembari kuliah dan akhirnya buku pertama selesai pada usia 22 tahun. Latar buku ini seusai sampulnya, bernuansa China dengan sedikit bumbu sejarah. Namun, kalau hanya itu saja tidak akan membuatnya meraih penghargaan dan orang-orang tidak akan sangat menantikan sekuelnya. Seri ini juga memadukan militer, politik, sosial, budaya, dan tentu saja mitologi. Rata-rata orang yang selesai baca buku ini suka lho dengan perpaduan unsur-unsur di atas dan gaya berceritanya R. F. Kuang.

The Poppy War berlatar di wilayah yang didasari Asia dengan sejarah alternatif. Sang tokoh utama, Rin berhasil memasuki Sinegard, sebuah akademi militer elite di Kekaisaran Nikan. Hal ini mengejutkan banyak orang, karena Rin berasal dari kampong miskin, sehingga dia pun jadi bulan-bulanan. Dalam keputusasaan, Rin menyadari dirinya punya kekuatan mematikan, syamanisme. Perlahan-lahan, Rin dibimbing seorang guru gila dan mempelajari tentang dewa-dewi yang dikira sudah mati. Di samping itu, Federasi Mugen, bekas jajahan Kekaisaran Nikan sedang merencanakan sesuatu. Perang baru sepertinya akan dimulai. Kekuatan Rin mungkin satu-satunya senjata rahasia yang dapat memenangkan perang ini. Tapi, menggunakan kekuatan itu perlu bayaran. Sanggupkah Rin menyelamatkan Kekaisaran Nikan tanpa menghilangkan kemanusiaannya?


Bukan hanya mendapatkan sambutan yang baik di Amerika Serikat, tapi di Indonesia juga begitu. Apakah Penefiers juga salah satu yang menunggu lanjutan seri ini? Tenang saja, menurut bocoran penerbit, Gramedia Pustaka Utama, buku kedua akan segera terbit, lho! Bahkan penulis saja tidak sabar, sampai membagikan sampul The Dragon Republic versi Indonesia di Twitter. Sampulnya memang keren habis, sampai dipuji banyak warganet luar! Kalau sampulnya saja cakep begini, tak mungkin Penefiers tak tergoda untuk baca, kan?



THE LEGACY OF ORϊSHA

oleh Tomi Adeyemi

Buku pertama seri ini, The Children of Blood and Bone terbit pada 2018 dan ditulis oleh Tomi Adeyemi. Tomi Adeyemi mengaku buku ini terinspirasi dari rasisme yang masih diterima orang kulit berwarna sampai saat ini. Buku yang memasukkan mitologi Afrika ini mendapat sambutan baik dan sekuelnya sangat dinantikan oleh banyak pembaca. Pada 2019, sekuelnya, The Children of Virtue and Vengeance pun terbit. Sekarang pembaca masih tidak sabar menanti kehadiran buku ketiga yang belum diketahui judulnya.





OrЇsha dihuni dua jenis orang, yaitu DivÎners yang mampu menjadi Maji yang memiliki sihir, ditandai dengan rambut berwarna putih, dan Kosidán yang hanya manusia biasa. Sebelas tahun lalu, Raja Saran menemukan cara untuk menonaktifkan kekuatan sihir dan memperbudak Kaum Maji. Zélia Adebola masih mengingat ketika sihir masih ada dan dilenyapkan bersama desanya. Sekarang, hidup tanpa ibu, hanya bersama kakaknya, Zélia bertekad mengembalikan sihir. Ketika kesempatan datang, Zélia mempertaruhkan semuanya. Namun, Sang Putra Mahkota datang untuk melenyapkan sihir selamanya dari OrЇsha. Bagaimana cara Zélia mengalahkan Sang Putra Mahkota dan mengembalikan sihir ke tanah OrЇsha?



Buku pertama ini sudah diterbitkan oleh Elex Media Komputindo pada 2019 lalu. Menurut informasi yang Penfi dapat, buku kedua sudah siap diterjemahkan. Ssstttt… Penfi bocorin sampul buku keduanya, ya. Agak sayang kalau tak dibocorin, karena sampulnya juga cakep parah. Nah, apakah Penefiers semakin tidak sabar menunggu buku keduanya?


Baru-baru ini, TIME membuat daftar The 100 Best Fantasy Books of All Time yang diseleksi oleh penulis fantasi terkemuka, seperti Neil Gaiman, George R. R. Martin, Diana Gabaldon, Cassandra Clare, dan Sabaa Tahir. Semua buku yang Penfi rekomendasikan di Booklicious kali ini juga ada di antara 100 buku itu, lho! Untuk daftar lengkapnya bisa kunjungi alamat situs mereka di https://time.com/collection/100-best-fantasy-books/.

Sekian rekomendasi Penfi kali ini. Kalau ada kesempatan, Penfi akan rekomendasikan buku-buku POC lain lagi. Dan jangan lupa kunjungi Author of the Month dan Bibliostation juga! Sampai jumpa!


[AoTM] Penulis Muda dari Negeri Panda, R. F. Kuang

Halo, Penefiers!

Pada Author of the Month kali ini, Penfi mau mengenalkan kalian kepada penulis muda yang sedang naik daun. Buku pertamanya memenangkan penghargaan dan sudah diterbitkan di Indonesia, lho! Inilah penulis yang memenangkan Astounding Award for Best New Writer tahun 2020, R. F. Kuang!


TENTANG PENULIS:

Rebecca F. Kuang terjun ke dunia penulisan mulai 2018 dengan menerbitkan buku pertamanya, The Poppy War. Buku ini akan Penfi bahas lebih lanjut di Booklicious Oktober, jadi jangan lupa dicek juga, ya!  

Penulis ini lahir di Guangzhou, China pada 29 Mei 1996. Sejak umur empat tahun, dia sudah imigrasi ke Amerika Serikat bersama keluarganya, kemudian tumbuh besar di Dallas, Texas. Dia lulus dari Greenhill School tahun 2013 dan masuk ke Universitas Georgetown. Saat masa perkuliahan inilah, R. F. Kuang menulis The Poppy War. Saat itu usianya masih 19 tahun. Penfi saat itu masih ngapain, ya?

Semasa itu, R. F. Kuang juga aktif ikut pelatihan, seperti Odyssey Writing Workshop tahun 2016 dan CSSF Novel Writing Workshop tahun 2017. Ternyata dia sudah begitu giat dan mengasah diri dengan baik ya, pantas bukunya langsung populer di kalangan pembaca. Tidak lama kemudian, pada 2018, dia pun lulus dari Universitas Georgetown. Tahun yang sama, dia melanjutkan studi di Universitas Cambridge mengambil Chinese Studies. Selanjutnya dia masih mengambil Contemporary Chinese Studies di Universitas Oxford. Kalian kira pendidikannya berhenti sampai sini? Tentu tidak, dong. Saat ini dia mengambil East Asian Languages and Literatures di Universitas Yale. Keren, kan, penulis yang satu ini!


Kehausan akan pendidikan dan pengetahuan R. F. Kuang memang patut diacungi dua jempol tangan. Seberapa banyak orang yang punya tekad seperti ini ya? Sembari studi pun dia bisa menghasilkan karya-karya yang bagus. Penfi benar-benar terharu.

Dalam wawancara dengan The Teeming Mass, R. F. Kuang ditanyai mengapa memilih genre fantasi padahal unsur politik dan sejarah China begitu kental di The Poppy War. Apa jawabannya? Menurutnya fantasi sangat keren dan dia menikmati bacaan genre ini. Dia juga terinsiprasi dari novel Wuxia, tayangan televisi, dan manga. Jadi, ketika dia mulai menulis, tampaknya genre itulah yang paling cocok untuk cerita yang akan ditulisnya.

Sekarang R. F. Kuang sudah merampungkan trilogy The Poppy War. Buku pertamanya, The Poppy War terbit pada Mei 2018, buku keduanya, The Dragon Republic terbit pada Agustus 2019, dan buku ketiga atau terakhir yang berjudul The Burning God, akan terbit pada November 2020 ini. Kira-kira setelah trilogy ini tamat, R. F. Kuang akan menulis novel seperti apa lagi, ya? Sangat dinantikan.





Sekian Author of the Month kali ini. Jangan lupa untuk kunjungi Booklicious dan Bibliostation juga! Sampai jumpa di bulan depan!

PENGHARGAAN:

 

·         Crawford Award (2019)

·         Compton Crook Award for Best First Novel (2019) ~ The Poppy War

·         Astounding Award for Best New Writer (2020)

 

 

BUAH PENA:

 

Novel:

·         The Poppy War (2018)

·         The Dragon Republic (2019)

·         The Burning God (2020)

 

 

DAPAT DITEMUI DI:

Twitter           : @kuangrf

Instagram      : @kuangrf

Website        : www.rfkuang.com