Rabu, 28 Juli 2021

[Bibliostation] Perpustakaan Jalanan di Indonesia

Apakah Penefiers sudah baca Bibliostation bulan lalu? Selain Little Free Library (LFL), Indonesia juga punya sebuah perpustakaan jalanan yang dapat dinikmati siapa saja. Namanya Bookhive. Kira-kira seperti apa ya Bookhive ini?


SEKILAS:

Pada Hari Buku Sedunia, tanggal 23 April 2021, Walikota Jakarta Pusat, Dhany Sukma meresmikan Bookhive di Jalan Lembang Nomor 16 (seberang Taman Lembang). Perpustakaan jalanan ini digagas oleh Farid Hamka, putra dari Jusuf Hamka. Idenya juga berasal dari negara Eropa. Di Eropa, seperti Jerman, ada rak-rak khusus di tepi jalan yang memudahkan masyarakat berbagi bahan bacaan. Masyarakat bisa meminjam dan menyumbang buku. Bookhive pun mengadopsi konsep demikian, berfungsi sebagai tempat berbagi informasi dan bahan bacaan di luar perpustakaan.


Konsep Bookhive sendiri meamang seperti LFL. Namun, bila LFL bebas dibaca kapan saja dan di lingkungan komplek, maka Bookhive sedikit berbeda, yaitu punya jam operasional mulai 6 pagi sampai 6 sore. Selain itu, perpustakaan jalanan yang menggunakan nama Bookhive hanya berada di Jakarta saja. Tapi, tidak menutup kemungkinan, ada inisiator lain yang menggagas Bookhive lagi di daerah lain. Siapa tahu Penefiers salah satunya?

Kini ada tiga Bookhive di Jakarta, yaitu Bookhive Lembang, Bookhive Suropati, dan Bookhvie Cattleya.





Kira-kira, Penefiers yang di Jakarta sudah pernah mengunjungi lokasi ini kah? Atau Penefiers di kota lain juga pernah melihat perpustakaan mini serupa? Jangan lupa berbagi di komentar ya. Sampai jumpa!


JAM OPERASIONAL: 

Senin - Minggu : Jam 06.00 – 18.00 WIB

LOKASI:

Bookhive Lembang     : Jl. Lembang No. 16, Menteng

Bookhive Suropati      : Jl. Taman Suropati No. 7, Menteng

Bookhive Cattleya      : Jl. Letjen S. Parman, Tomang

BIAYA:

            Biaya             : Gratis.

(Kamu dapat membaca gratis dan menyumbang secara sukarela)


[Booklicious] #JelajahBuku: Senarai Fantasi di Lembah Asia


Halo, Penefiers! Kembali lagi di Jelajah Buku bersama PNFI. Juli ini, kita akan menjelajah benua Asia. Kira-kira kita akan menemukan novel fantasi seru apa, ya? Yuk, simak rekomendasi Penfi kali ini!


THE PALACE OF ILLUSIONS

oleh Chitra Banerjee Divakaruni

 

Novel ini pernah terbit di Indonesia pada tahun 2009 oleh Gramedia Pustaka Utama. Wah, sudah lama ya! Penefiers sudah pernah baca buku inikah? Istana Khayalan adalah kisah Mahabharata dari sisi Drupadi yang diceritakan ulang oleh Chitra Banerjee Divakaruni, seorang penulis India-Amerika.

 


Kita akan mendapatkan kisah mulai dari kelahiran sang Putri dari dalam api, perkawinannya yang legendaris dengan para Pandawa, pengasingan di dalam hutan dan kehilangan kerajaan akibat kesalahan Yudistira, dan penghinaan Duryodana yang klimaksnya adalah perang antara Pandawa dan Korawa. Istana Khayalan merupakan jalinan kisah yang diinterpretasikan dari sudut perempuan di dunia yang didominasi oleh peperangan, dewa-dewa, dan tangan-tangan nasib yang senantiasa mempermainkan.

 


 

THE SINGING HILLS CYCLE

oleh Nghi Vo

 




Penefiers mungkin masih asing dengan nama penulis ini. Nghi Vo mulai dikenal melalui novela berjudul The Empress of Salt and Fortune yang terbit pada 2020. Walau hanya novela, tapi buku ini dilanjutkan sekuel yang menjadikannya sebuah seri berjumlah lima buku. Buku keduanya berjudul When the Tiger Came Down the Mountain terbit pada 2021.

Seorang putri bangsawan dari Utara dikirim ke Selatan untuk pernikahan politik. Dia harus mengorbankan diri untuk kebahagiaan bangsanya. Setelah menikah dengan musuh, putri yang kesepian itu berteman dengan seorang budak yang dijual ayahnya ke istana.

Seri ini pernah masuk final Hugo Award, Locus Award, dan Ignyte Award. Bahkan meraih Crawfors Award pada tahun 2020. Nah, buku ini untuk sekarang belum ada terjemahan Indonesia.

 

KERSIK LUAI

oleh LM Cendana

 

Pastinya penulis Indonesia juga tidak boleh ketinggalan dong! Buku yang mau Penfi rekomendasikan ini sudah terbit pada tahun 2017 oleh penerbit Histeria. Bisa dibilang, ini adalah salah satu novel distopia Indonesia yang mendapat ulasan paling bagus dari teman-teman pembaca. Pemilihan judulnya pun unik, menggunakan Kersik Luai, yang dalam bahasa lokal Kalimantan Timur berarti Pasir yang Sunyi (Damai). Kersik Luai pun menjadi nama spesies anggrek hitam yang hanya tumbuh di daerah tertentu di Kalimantan Timur. Wow!

 


 

Ceritanya, beberapa dekade selanjutnya, Tanah Air memasuki era distopia yang telah dikuasai golongan oligarkis. Seorang manusia buatan, Btari, yang dinyatakan sebagai kloningan gagal hendak dibuang menuju pelosok negeri untuk dijadikan budak. Di tengah perjalanan, helikopter yang ditumpanginya ditembak jatuh di Laut Jawa. Di pesisir pantai, ia ditemukan seorang revolusioner, Nagara, yang mengajarkannya banyak hal. Kemanusiaan, nasionalisme, dan cinta.

Penefiers jadi tertarik tak, nih, untuk baca Kersik Luai? Pada Author of the Month kali ini pun Penfi berkesempatan mewawancarai penulisnya, LM Cendana. Jangan lupa untuk intip sedikit profil penulis muda yang satu ini, ya.


Nah, semua buku dari penulis Asia di atas adalah rekomendasi Penfi kali ini! Tentu saja masih banyak buku dari penulis maupun bertema Asia yang belum Penfi gali lebih jauh. Semoga Penfi punya kesempatan untuk meracuni kalian dengan buku-buku bertema Asia lagi, ya! Sampai jumpa!


[AotM] Penulis Muda dari Tanah Air

Halo, Penefiers! Kali ini, Penfi beruntung bisa mewawancarai salah seorang penulis muda Indonesia. LM Cendana telah menulis sejak belia dan hingga saat ini telah menghasilkan banyak buku. Salah satunya, sebuah novel distopia berjudul Kersik Luai akan Penfi bahas di Booklicious, jadi jangan lupa kunjungi juga ya! Nah, mari kita cari tahu, siapakah LM Cendana?

TENTANG PENULIS:

 

LM Cendana atau yang biasa disapa Lovita sudah hobi membaca sejak SD. Hobi menulis mulai dibangun sejak SMP. Hingga saat ini sudah menulis belasan karya dengan berbagai genre, termasuk fantasi. Salah satunya adalah novel distopia berjudul Kersik Luai. Novel ini mendapat tanggapan baik dari banyak pembaca, lho!

 


 

Lovita tertarik menulis genre fantasi setelah membaca buku-buku J.K. Rowling, R.L. Stine, dan Enid Blyton. Waduh, penulis favorit Penfi juga, nih! Selain membaca, ternyata menonton film fantasi juga menambah keinginannya membangun dunia fantasi sendiri.


Walau telah menghasilkan banyak karya, Lovita juga berada di suatu momen yang membuatnya mulai tidak tertarik dengan dunia menulis. Namun, dia mengingat kutipan Martha Graham: “A dancer dies twice — once when they stop dancing, and this first death is the more painful.”


Baginya, sama seperti penari, seorang penulis bisa saja mati dua kali dan kematiannya yang pertama adalah yang paling menyakitkan yaitu berhenti menulis. Dia jadi membayangkan hidup tanpa passion yang selama ini menjadi fondasi. Tidak menyukai sesuatu yang sebelumnya dicintai adalah sesuatu yang menyedihkan. Oleh karena itu, dia berusaha untuk terus memupuk kepercayaan pada diri sendiri untuk terus menulis. Sebab, mengikuti perkataan Pramoedya A. Toer: “Menulis adalah bekerja untuk keabadian."



Ketika Penfi bertanya tentang prospek penulis fantasi di Indonesia, menurut pandangan pribadinya, saat ini masih ada pembaca Indonesia yang belum bersedia “membuka hati” untuk karya-karya lokal. Hal ini membuat penulis fantasi yang belum mempunyai nama (penulis yang kurang dikenal) agak kesulitan untuk memperkenalkan karya mereka. Buku-buku fantasi lokal di deretan bestseller banyak diisi oleh penulis yang namanya sudah tidak asing dan sudah memiliki banyak penggemar yang loyal. Jadi mudah bagi penulis besar untuk mempromosikan karya mereka, apa pun genrenya.


Bagi yang ingin menulis fantasi, Lovita memberi tips, yaitu perbanyak membaca. Semakin banyak buku yang dibaca, semakin banyak pula wawasan baru yang didapatkan. Dan yang terpenting adalah sebisa mungkin membangun personal branding.

Saat ini Lovita aktif di bidang penerbitan buku. Kesehariannya selain sibuk menyunting, juga menonton film dan drama Korea. Lovita juga penggemar BTS. Hayo, Penefiers ada yang bucin BTS juga tak?

Sebagai penutup, Lovita baru-baru ini menyelesaikan Howl’s Moving Castle karya Diana Wynne Jones. Bagi yang menyukai middle grade dan klasik, boleh mencoba buku ini, lho. Bacalah di mana saja senyaman Penefiers. Setiap orang punya tempat membaca kesukaan. Lovita mengaku suka membaca di kuburan Belanda. Waduh, Penfi tak bakal bisa, nih!

Semoga suatu saat Penfi dapat mengadakan acara bareng Lovita, ya. Walau saat ini belum ada karya baru, tapi kata Lovita dia punya banyak ide yang menunggu dieksekusi. Mari kita tunggu karya selanjutnya saja, ya. Semangat, Lovita! 


Nah, ini dia Author of the Month Juli. Sampai jumpa dan jangan lupa kunjungi Bibliostation dan Booklicious juga, ya!


BUAH PENA:

 

·        Helenina (2015) – Penerbit Pagan Press

·        Klandestin (2016) – Penerbit Bintang Media

·        Stilette (2017) – Penerbit Inari

·        Kersik Luai (2017) – Penerbit Histeria

·        Snow White (2018) – Penerbit Haru

·        Gincu #1 (2019) – Penerbit Mediakita

·        Klandestin #2 (2019) – Penerbit Pagan Press

·        Boot, Poem, and a Piece of Cupcake (2019) – Namina Books

·        Klandestin #3 (2020) – Aksara Publishing

·        Gincu #2 (2020) – Aksara Publishing

·        Hi, 1989 (2020) – Penerbit Koru


DAPAT DITEMUI DI:

Twitter           : @LMCendana

Instagram       : @lovitacendana